Review http://wwwmozillacom.blogspot.com/ on alexa.com
Josha Kilpek

Jelajahi isi Blog ini







Minggu, 08 Juli 2012

Jangan Terlalu dekat Nonton Film 3D Agar Tak Gampang Mual


Film bioskop yang ditujukan untuk anak-anak semisal animasi dan film fantasi akhir-akhir ini banyak diputar dalam format 3D. Dengan teknologi ini, pemirsa bisa merasakan sensasi film seolah terlihat lebih nyata karena penambahan efek kedalaman yang dihasilkan. Namun banyak kasus penonton film 3D kemudian mengalami mual dan pusing.


Penelitian menemukan bahwa pemirsa yang duduk cukup dekat dengan layar bioskop lebih mungkin mengalami mual, penglihatan kabur dan gejala lainnya saat menonton film 3D. Gejala ini terkait dengan gangguan visual dan gerakan.

"Gangguan ketika menonton film 3D dapat diminimalisir dengan membuat jarak pandang yang lebih jauh sehingga sudut pandangnya lebih luas. Menemui dokter mata juga dapat membantu mengatasi gangguan penglihatan yang dialami," kata Shun-Nan Yang, ilmuwan senior di Pacific University College of Optometri di Portland, Oregon seperti dilansir HealthDay, Minggu (8/7/2012).

Teknologi 3D mulai diproduksi Hollywood sejak tahun 1950-an. Sejak itu pula banyak orang yang menontonnya merasa mual seperti mabuk perjalanan. Seiring pesatnya perkembangan teknologi beberapa puluh tahun terakhir, film 3D dengan cepat menjadi populer. Namun industri masih belum mampu memecahkan masalah penyebab mual.

Sebuah penelitian yang didanai perusahaan teknologi, Intel, menemukan bagaimana film 3D mempengaruhi pikiran pemirsanya. Para peneliti merekrut 203 orang remaja dan orang dewasa untuk menonton film animasi berjudul 'Cloudy With a Chance of Meatballs' pada televisi LCD 55 inci.

Beberapa peserta menonton film dalam format 2D, sedangkan yang lainnya dalam format 3D. Pemirsa diminta duduk pada jarak dan sudut pandang yang berbeda kemudian ditanya tentang gejala penglihatan sebelum, selama atau setelah melihat film.

Sebanyak 12 persen pemirsa 2D mengaku merasa tidak nyaman, namun pada pemirsa 3D jumlahnya 20 persen. Pemirsa 3D lebih banyak yang merasa mata nyeri serasa ditarik, pandangan kabur, penglihatan ganda, pusing dan disorientasi. Pemirsa yang berusia 24 - 34 tahun lebih terganggu oleh gambar 3D dibandingkan pemirsa yang lebih tua.

Penelitian yang dimuat jurnal Optometry and Vision Science ini menemukan bahwa masalah yang paling parah adalah sakit kepala dan mual. Gejalanya dapat meningkat dalam waktu 15 menit setelah menonton film. Namun gangguannya tidak berlangsung sampai hari berikutnya.

"Menonton film dalam 3D secara visual cukup menantang karena mata harus menyesuaikan diri dengan kedekatan dari layar dan jarak pandang gambar 3D yang konstan. Jika berada di bioskop, penonton mungkin mengalami gangguan yang lebih sedikit dibandingkan menonton film 3D di rumah," kata Yang.

Pemirsa yang muda ditemukan lebih besar kemungkinannya terpengaruh gangguan ini. Pemirsa yang lebih tua kurang terpengaruh mungkin karena kurang sensitif terhadap rangsangan visual. Bisa jadi, kerusakan mata yang dialami membuat orang tua lebih mudah mengatasi perbedaan jarak dekat atau jauh.

Lebih lanjut lagi, Yang mengatakan sebaiknya penonton mengubah tempat duduk agar mendapat sudut pandang yang berbeda atau mengatur pencahayaan di dalam ruangan. Ketika duduk lebih dekat, film 3D terlihat lebih nyata, tetapi gangguan yang dialami juga lebih intens.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 5011. wwwGooglecom . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design not original by Siphe Mamahnya Qiral . Published by Josha Kiplek